Abstrak
Kecemasan pra-operasi merupakan hal yang umum terjadi pada pasien yang akan menjalani tindakan odontektomi, yaitu pencabutan gigi impaksi, yang dapat memengaruhi stabilitas fisiologis dan psikologis pasien. Salah satu pendekatan non-farmakologis yang banyak diteliti adalah terapi musik, khususnya musik klasik, yang diyakini dapat menurunkan tingkat kecemasan melalui mekanisme neurofisiologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas musik klasik terhadap penurunan kecemasan pasien sebelum menjalani tindakan odontektomi.
Pendahuluan
Odontektomi merupakan prosedur pembedahan minor untuk mengangkat gigi yang mengalami impaksi, umumnya gigi molar ketiga. Prosedur ini sering kali menimbulkan kecemasan yang signifikan pada pasien, terutama karena ketakutan terhadap rasa sakit, ketidaknyamanan, serta kekhawatiran pascaoperasi. Kecemasan yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan resistensi terhadap anestesi lokal.
Berbagai intervensi telah dikembangkan untuk mengelola kecemasan, baik dengan pendekatan farmakologis maupun non-farmakologis. Musik klasik, terutama yang memiliki tempo lambat dan harmoni lembut, diketahui dapat memberikan efek menenangkan melalui stimulasi sistem limbik dan penurunan aktivitas sistem saraf simpatik. Komposer seperti Mozart dan Bach, dengan ritme dan nada yang stabil, sering digunakan dalam penelitian terapi musik. Musik klasik bekerja dengan menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan pelepasan dopamin, yang menghasilkan efek relaksasi dan pengalihan fokus dari rasa takut.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental kuasi dengan pendekatan pre-test dan post-test control group. Subjek penelitian adalah pasien usia 18–40 tahun yang akan menjalani odontektomi di klinik Bedah Mulut, dan memenuhi kriteria inklusi tanpa gangguan pendengaran, tidak sedang mengonsumsi obat penenang, dan menyatakan memiliki tingkat kecemasan sedang berdasarkan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A).
Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi (mendengarkan musik klasik selama 15 menit sebelum tindakan) dan kelompok kontrol (tidak diberikan intervensi musik). Musik yang digunakan adalah karya Mozart – Piano Sonata in C major, K.545, dengan durasi dan volume standar. Tingkat kecemasan diukur sebelum dan sesudah intervensi menggunakan skala HAM-A dan Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik paired t-test dan independent t-test.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada tingkat kecemasan setelah pemberian musik klasik pada kelompok intervensi. Rerata skor HAM-A sebelum intervensi adalah 18,6 ± 2,5 dan menurun menjadi 11,2 ± 2,1 setelah mendengarkan musik klasik. Sedangkan pada kelompok kontrol, perubahan skor tidak signifikan secara statistik (p > 0,05).
Penurunan ini mendukung hipotesis bahwa musik klasik dapat menjadi terapi komplementer yang efektif dalam mengelola kecemasan pra-bedah. Secara fisiologis, musik memengaruhi hipotalamus yang mengatur sistem saraf otonom, menyebabkan pelebaran pembuluh darah, penurunan tekanan darah, dan perlambatan denyut jantung. Dari aspek psikologis, musik klasik memberikan efek distraksi kognitif dan merangsang emosi positif yang berkontribusi pada perasaan tenang dan nyaman.
Beberapa penelitian sebelumnya juga menguatkan temuan ini, seperti studi oleh Nilsson (2008) yang menyebutkan bahwa musik dapat menurunkan kecemasan preoperatif hingga 30% dalam pengaturan klinis. Keunggulan terapi musik adalah sifatnya non-invasif, mudah diterapkan, tidak membutuhkan pelatihan khusus, dan tidak menimbulkan efek samping.
Namun demikian, efektivitas musik juga dapat dipengaruhi oleh preferensi pribadi, latar belakang budaya, dan kondisi psikologis pasien. Oleh karena itu, meskipun musik klasik menunjukkan hasil signifikan secara umum, personalisasi musik mungkin diperlukan untuk hasil yang lebih optimal.
Kesimpulan
Terapi musik klasik terbukti efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien sebelum menjalani tindakan odontektomi. Musik dapat menjadi intervensi non-farmakologis yang aman dan murah untuk mendukung kenyamanan pasien serta meningkatkan kualitas pelayanan bedah minor di bidang kedokteran gigi. Penggunaan musik sebagai bagian dari protokol preoperatif dapat dipertimbangkan sebagai standar dalam pelayanan klinis, dengan tetap mempertimbangkan preferensi individual pasien.