Abstrak
Kecemasan dental merupakan reaksi psikologis umum yang muncul sebelum perawatan gigi, terutama pada prosedur invasif seperti bedah mulut. Kecemasan ini dapat memicu respons fisiologis yang meningkatkan tekanan darah pasien, berpotensi memengaruhi jalannya tindakan medis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara tingkat kecemasan dental berdasarkan skala Modified Dental Anxiety Scale (MDAS) dengan tekanan darah pasien sebelum tindakan bedah mulut. Hasil menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara skor kecemasan dan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, menekankan pentingnya pendekatan psikologis dalam perawatan bedah gigi.
Pendahuluan
Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam kedokteran gigi yang kerap menimbulkan kecemasan tinggi pada pasien. Prosedur seperti pencabutan gigi impaksi, drainase abses, atau eksisi lesi intraoral dianggap invasif dan sering dikaitkan dengan rasa nyeri serta ketidaknyamanan pascaoperatif. Kecemasan yang timbul sebelum prosedur dapat menimbulkan respons fisiologis berupa peningkatan denyut jantung dan tekanan darah melalui aktivasi sistem saraf simpatis.
Tekanan darah yang meningkat secara signifikan sebelum tindakan dapat menyebabkan komplikasi, terutama pada pasien dengan riwayat hipertensi. Oleh karena itu, identifikasi awal kecemasan dan pemantauan tekanan darah menjadi aspek penting dalam mempersiapkan pasien untuk prosedur bedah mulut. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara tingkat kecemasan dental pasien, yang diukur menggunakan MDAS, dengan tekanan darah sebelum tindakan.
Metodologi
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian terdiri dari 60 pasien yang akan menjalani prosedur bedah mulut elektif di klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial. Kriteria inklusi meliputi pasien usia 18–60 tahun yang kooperatif dan tidak memiliki gangguan sistemik berat.
Sebelum tindakan, pasien diminta mengisi kuesioner MDAS untuk menilai tingkat kecemasan dental. Skor MDAS terdiri dari 5 pertanyaan dengan nilai total antara 5 hingga 25. Skor 5–11 dikategorikan sebagai kecemasan rendah, 12–18 sebagai sedang, dan ≥19 sebagai kecemasan tinggi.
Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer digital dalam posisi duduk, 15 menit sebelum tindakan. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan regresi linear sederhana untuk mengetahui hubungan antara skor kecemasan dan tekanan darah sistolik serta diastolik.
Hasil dan Pembahasan
Dari 60 pasien, ditemukan bahwa 20% memiliki kecemasan rendah, 50% kecemasan sedang, dan 30% kecemasan tinggi berdasarkan skor MDAS. Rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok kecemasan rendah adalah 118 mmHg, sedangkan pada kelompok kecemasan tinggi mencapai 138 mmHg. Untuk tekanan diastolik, rata-rata meningkat dari 76 mmHg pada kelompok kecemasan rendah menjadi 89 mmHg pada kelompok kecemasan tinggi.
Hasil uji Pearson menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara skor MDAS dengan tekanan darah sistolik (r = 0.61; p < 0.01) dan diastolik (r = 0.54; p < 0.01). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecemasan pasien, semakin tinggi pula tekanan darah sebelum tindakan.
Peningkatan tekanan darah dapat dijelaskan oleh aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA axis) dan sistem saraf simpatis, yang meningkatkan pelepasan adrenalin dan noradrenalin, menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan denyut jantung. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kecemasan dental berkontribusi terhadap hipertensi sementara sebelum perawatan gigi.
Fakta ini menekankan perlunya pendekatan holistik dalam persiapan pasien, tidak hanya secara medis, tetapi juga secara psikologis. Edukasi, konseling singkat, dan penggunaan teknik relaksasi atau sedasi ringan dapat membantu menurunkan kecemasan dan menstabilkan tekanan darah sebelum prosedur dilakukan.
Kesimpulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara skor kecemasan dental dan peningkatan tekanan darah pasien sebelum tindakan bedah mulut. Kecemasan yang tinggi berpotensi meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara bermakna, yang dapat berimplikasi pada keamanan prosedur. Oleh karena itu, penting bagi tenaga medis untuk melakukan skrining kecemasan dan mempertimbangkan intervensi psikologis untuk mengurangi risiko komplikasi.
Saran
Disarankan agar klinik bedah mulut mengintegrasikan penilaian kecemasan dalam alur pemeriksaan awal pasien. Penggunaan alat ukur seperti MDAS yang sederhana namun valid dapat membantu identifikasi pasien dengan risiko tinggi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas berbagai intervensi non-farmakologis dalam menurunkan tekanan darah terkait kecemasan sebelum tindakan bedah gigi.